Red, White & Royal Blue: Lebih Oke Versi Novel atau Filmnya?

Red, White & Royal Blue adalah kisah romansa modern antara Alex Claremont-Diaz, putra Presiden Amerika Serikat, dan Pangeran Henry dari Kerajaan Inggris. Berawal dari novel karya Casey McQuiston yang dirilis pada 2019, cerita ini sukses mencuri hati para pembaca dengan paduan humor, ketegangan politik, dan romansa penuh emosi. Kesuksesan tersebut kemudian mendorong adaptasi filmnya yang tayang di Prime Video pada 2023.

Namun pertanyaannya kini muncul: di antara novel dan filmnya, mana yang lebih berhasil menyampaikan esensi cerita dan membekas di hati penonton?

Daya Tarik Novel: Romansa Politik yang Panjang dan Mendalam

Versi novel Red, White & Royal Blue menyuguhkan pengalaman membaca yang kaya dengan eksplorasi karakter mendalam. Penulis Casey McQuiston menggunakan gaya narasi orang ketiga terbatas yang membawa pembaca masuk ke dalam benak Alex—membuat kita benar-benar merasakan perjalanannya dari denial hingga jatuh cinta sepenuhnya.

Di dalam novel, hubungan Alex dan Henry berkembang secara perlahan dan organik. Setiap interaksi mereka disertai percikan emosi yang rumit, baik melalui pertemuan langsung maupun lewat ratusan email yang sarat makna, kutipan puisi, dan candaan politik. Ini menciptakan nuansa slow burn romance yang banyak digemari penggemar fiksi romansa.

Selain kisah cinta, novel ini juga sangat politis. Alex adalah karakter yang vokal, idealis, dan ambisius, serta aktif memperjuangkan representasi dan keadilan sosial di tengah lingkungan Gedung Putih. Novel memberikan ruang lebih luas untuk menyampaikan visi politik dan identitas karakter secara mendalam.

Adaptasi Film: Versi Ringkas Namun Tetap Menghibur

Versi film Red, White & Royal Blue disutradarai oleh Matthew López dan mengambil pendekatan yang lebih ringan dan kompak. Film ini berdurasi sekitar dua jam—waktu yang singkat untuk mengadaptasi novel setebal hampir 400 halaman. Meski begitu, film berhasil menyampaikan premis utamanya: dua orang muda dari latar belakang yang sangat berbeda, jatuh cinta di tengah tekanan dunia.

Taylor Zakhar Perez (sebagai Alex) dan Nicholas Galitzine (sebagai Henry) membawa chemistry yang kuat dan menyenangkan. Beberapa adegan ikonik dari novel, seperti pesta kebun, pertarungan kue pernikahan, dan percakapan rahasia di bawah selimut, dihadirkan dengan visual yang manis dan menggugah perasaan.

Namun karena keterbatasan waktu, film harus memangkas banyak elemen dari novelnya. Beberapa karakter pendukung seperti Nora dan Rafael Luna tidak memiliki ruang pengembangan seperti di buku. Konflik internal Henry juga terasa kurang tergali, sehingga motivasinya terlihat lebih sederhana dalam film dibandingkan di versi buku.

Perbandingan Karakter: Lebih Kuat di Novel?

Di versi novel, karakterisasi jauh lebih mendalam. Alex, misalnya, digambarkan melalui proses panjang dalam memahami orientasi seksualnya dan perasaannya terhadap Henry. Hubungan dengan orang tuanya, termasuk ibunya yang merupakan Presiden AS, juga dikembangkan secara kompleks dan emosional.

Sedangkan di film, Alex terlihat lebih percaya diri dan cepat dalam mengakui perasaannya. Ini membuat alur cerita terasa lebih ringan, tapi juga mengurangi intensitas emosional yang ada di novel. Henry di film juga terlihat lebih tenang dan pasif, tidak begitu kuat menunjukkan konflik batin yang seharusnya menjadi bagian penting dari karakternya.

Politik dan Representasi: Siapa yang Lebih Berani?

Novel Red, White & Royal Blue bisa dibilang cukup vokal dalam menyuarakan isu representasi LGBTQ+, rasisme, dan politik progresif. McQuiston menuliskannya secara blak-blakan dan penuh semangat, menciptakan ruang yang kuat untuk refleksi sosial di tengah romansa fiksi.

Film, di sisi lain, memilih pendekatan yang lebih halus. Isu-isu politik tetap ada, tapi lebih tersirat daripada eksplisit. Ini bisa jadi strategi agar lebih mudah diterima oleh audiens global, namun bagi pembaca novel, versi film mungkin terasa “dijinakkan.”

Kesimpulan

Jadi, lebih oke yang mana—novel atau filmnya?

Jika kamu menyukai eksplorasi karakter yang mendalam, perkembangan cinta yang lambat namun emosional, dan latar belakang politik yang kompleks, maka novelnya adalah pilihan utama. Novel memberikan ruang yang luas untuk menyelami dunia Alex dan Henry dengan segala lapisan emosinya.

Namun jika kamu lebih suka kisah cinta yang cepat, visual yang cantik, dan chemistry dua aktor yang menawan, maka versi film akan sangat memuaskan. Film ini tetap menghibur dan menyampaikan pesan cinta universal yang hangat, walaupun dengan kedalaman yang lebih ringan.

Pada akhirnya, Red, White & Royal Blue—baik versi novel maupun film—sama-sama sukses menyampaikan pesan cinta, keberanian, dan harapan dalam dunia yang penuh tekanan sosial. Pilihannya tergantung pada bagaimana kamu ingin menikmatinya: melalui kata-kata yang mendalam, atau lewat layar dengan visual yang memesona.

Related Post